Bukan mimpi yang membawaku duduk di sini, di
tempat ini
Tapi lebih pada ridha ilahi yang menuntunku
kemari
Lewat dua insan
yang meluruhkan nafas per iring namaku
Aku anggap ini
sebagai ridha-Nya
Diriku hanya gumpalan daging yang menyerap
barang haram
Hanya kumpulah perilaku – perilaku picik yang
terpendam dalam memori
Diriku bukan manusia abadi yang akan kekal
Diriku mampu terpejam saat sinarku padam,
meranggas bersama dengan nafasku
Mungkin dengan meluruhnya nafasku semua akan
terbina
Cinta yang hendak meranggas, rindu yang pernah
meradu
Semua karena piciknya batinku
Apakah dewi waktu tak mampu mengambil diriku
yang kelu
Kaku dalam linangan air mata mereka
Syahdu dalam senyuman hangatnya
Mungkin dalam
benakku telah terpendam rasa iri yang tak mampu lari
Iri yang tak mampu
pergi hingga aku bisa memurnikan nurani
Diriku adalah
seonggok periaku tercela yang mampu menghancurkan tiangnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar